[Unpad.ac.id, 08/07/2016] Selain mengajukan kawasan Ciletuh-Palabuhanratu menjadi kawasan Geopark Global UNESCO, Universitas Padjadjaran juga membidik wilayah Kabupaten Pangandaran untuk dijadikan kawasan Geopark. Rencana ini didasarkan atas hasil penelitian terkait potensi geologi di wilayah Pangandaran.
Ketua Pusat Penelitian Geopark dan Kebencanaan Geologi Unpad, Prof. Mega Fatimah Rosana, PhD., mengatakan, dari hasil pengamatan, wilayah Kabupaten Pangandaran yang terdiri atas 10 kecamatan ini secara geologi umumnya terdiri atas batuan gamping/karst yang bersifat klastik (sedimentasi). Kondisi ini menjadi pembeda dengan kawasan karst Gunungsewu di sepanjang Yogyakarta, Wonogiri, dan Pacitan, yang sudah lebih dahulu ditetapkan sebagai Geopark Global UNESCO.
“Ini penting diteliti, kita harus bisa menjelaskan secara ilmiah beda karst Gunugsewu yang sudah diajukan jadi Geopark dengan kawasan karst di Pangandaran,” ujar Prof. Mega dalam rapat pengembangan Geopark di Pangandaran, di Ruang Rapat Bersama Gedung Rektorat kampus Jatinangor, Rabu (8/3).
Dalam rapat tersebut, hadir Wakil Rektor Bidang Riset, Pengabdian pada Masyarakat, Kerja Sama, dan Korporasi Akademik Unpad, Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dekan Fakultas Teknik Geologi, dan sejumlah perwakilan dosen. Turut hadir perwakilan dari PT. Biofarma.
Lebih lanjut Prof. Mega mengatakan, sejumlah geosite (situs geologi) banyak tersebar di sepanjang pantai di Pangandaran. Wilayah ini juga banyak terdapat bentang alam khas kawasan karst, seperti gua-gua, ceruk, dan ngarai yang sudah menjadi objek wisata “Green Canyon”. Namun, penelitian lebih jauh terkait dorongan Geopark ini juga harus melibatkan di unsur biodiversitas dan kultural diversitas.
Wilayah Pangandaran sendiri direncanakan akan dikembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Prof. Mega berpendapat, kawasan ini akan berbeda dengan KEK lainnya, dimana KEK Pangandaran nantinya juga menjadi kawasan penyokong kegiatan Geopark. “Ini bisa menjadi suatu penelitian, mana yang mungkin dikembangkan jadi KEK,” kata Prof. Mega.
Terkait riset yang mendukung pengembangan, setidaknya ada 10 tema utama penelitian terkait Geopark. Sepuluh riset tersebut yaitu keanekaragaman hayati, kebencanaan geologi, perubahan iklim, sains, budaya, kajian wanita, pembangunan berkelanjutan, kearifan lokal, geokonservasi, dan edukasi geopark di masyarakat.
Prof. Mega mengatakan, ada lima alasan utama suatu wilayah harus dijadikan Geopark. Mengutip pakar geologi nasional Y. Kusumahbrata, lima alasan tersebut yaitu untuk melawan kerusakan lingkungan, transformasi proses ekstraktif ke konservatif, peningkatan edukasi non-formal ke masyarakat, hingga untuk membangun ekonomi kerakyatan.
Ia pun optimis Geopark dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Melihat data peningkatan pendapatan di Kabupaten Gunungkidul yang menjadi bagian dalam kawasan Geopark Gunungsewu, terjadi peningkatan ekonomi yang signifikan pasca ditetapkan menjadi Geopark. “Geopark ini masuk ke program prioritas Pemerintah di bidang pariwisata,” tambahnya.
Sementara itu, Dr. Keri mengatakan, pengembangan Geopark Pangandaran ini akan melibatkan sejumlah pihak melalui kerja sama Pentahelix. Sejauh ini pihaknya bersama PT. Biofarma telah menyusun contoh pengembangan CSR di kawasan Pangandaran yang terfokus pada penguatan keanekaragaman hayati, keanekaragaman geologi, dan keanekaragaman budaya.
Untuk itu, ia mendorong para dosen/peneliti untuk melakukan penelitian yang terhilirisasi. Fokus penelitian mengacu 10 tema utama penelitian Geopark. Rencananya Geopark Pangandaran ini akan mulai diusulkan pada 2019 mendatang, setelah usulan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu selesai dilakukan. *
Laporan oleh Arief Maulana/wep
The post Ajukan Jadi Geopark, Unpad Dorong Peningkatan Riset di Pangandaran appeared first on Universitas Padjadjaran.