[unpad.ac.id, 1/2/2018] Universitas Padjadjaran bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Bandung melakukan program pengembangan agribisnis pertanian untuk komoditas bawang merah di Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Program dilakukan dalam rangka mendukung Kabupaten Bandung menjadi sentra komoditas bawang merah.

Rektor Unpad Prof. Tri Hanggono Achmad (kiri), Bupati Bandung Dadang M. Naser, dan Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Barat Wiwiek Sisto Widayat berpose usai penandatanganan Nota Kesepahaman antara Unpad, Bank Indonesia, dan Pemkab Bandung di Kampung Cikawari, Desa Mekarmanik, Cimenyan, Selasa (30/01). Kerja sama digelar untuk melakukan program pengembangan agribisnis pertanian untuk komoditas bawang merah di Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. (Foto: Tedi Yusup)*
Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Rektor Unpad Prof. Tri Hanggono Achmad, Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Barat Wiwiek Sisto Widayat, dan Bupati Bandung Dadang M. Naser di Kampung Cikawari, Desa Mekarmanik, Cimenyan, Selasa (30/01).
Wiwiek mengatakan, pengembangan klaster bawang merah di Kab. Bandung dilakukan dalam mendukung ketahanan pangan sekaligus mengendalikan laju inflasi bawang merah. Ini didasarkan, bawang merah menyumbang inflasi terbesar di sejumlah wilayah di Indonesia.
“Bawang merah termasuk komoditas yang dipengaruhi berbagai faktor, sehingga tidak konsisten (produksinya), naik turunnya susah dikendalikan,” kata Wiwiek.
Untuk itu, BI selaku bank sentral Indonesia mencoba mengembangkan berbagai komoditas potensial, salah satunya bawang merah. Wilayah Bandung memiliki potensi yang cukup kuat sebagai basis komoditas bawang merah. Pengembangan ini diharapkan menjadi alternatif sentra komoditas bawang merah Indonesia selain di Brebes, Jawa Tengah.
Wiwiek melanjutkan, pihaknya menggandeng Pemkab Bandung dari sisi dukungan birokrasi dan Unpad dari sisi akademik. Diharapkan, kerja sama terintegrasi ini dapat mendorong penguatan UMKM pada komoditas bawang merah. Pengembangan usaha juga didorong dari hulu ke hilir, hingga bawang menjadi suatu produk yang siap pakai.
Dalam implementasinya, BI memilih kelompok tani Tricipta di Desa Mekarmanik sebagai mitra binaan. Selama tiga tahun, BI menyediakan berbagai fasilitas pengembangan, mulai dari bibit, pupuk, alat pertanian, serta pelatihan. BI juga meminta Unpad sebagai fasilitator di bidang teknologi dan agribisnis.
“Diharapkan kelompok tani Tricipta dapat menularkan berbagai ilmunya ke kelompok tani lainnya,” kata Wiwiek
Rektor menjelaskan, pengembangan agribisnis tidak lepas dari aspek masyarakat lainnya. Tantangan keberlanjutan pengembangan ini tidak hanya muncul dari bidang pertanian. Aspek ekonomi dan sosial petani turut memengaruhi keberlanjutan usaha.
Hal ini menjadi komitmen Unpad untuk melakukan pendekatan transdisiplin dalam kerja sama tersebut. Pihaknya akan menyasar pengembangan sektor lainnya, seperti ekonomi, sosial, pendidikan, lingkungan, dan kesehatan masyarakat Cikawari.
Melalui pendekatan ini, Rektor berupaya mengembangkan konsep eco-development. Konsep ini selaras dengan Pola Ilmiah Pokok Unpad yang terus konsisten di bidang hukum dan keberlanjutan lingkungan. Rektor menilai, peningkatan ekonomi di Cimenyan jangan sampai merusak lingkungan yang ada.
“Ini jadi tantangan kita. Kita ingin bangun ekonomi, tetapi jangan sampai lingkungan jadi korban,” ujar Rektor.
Rektor juga mengatakan, pengembangan pertanian di Desa Mekarmanik juga harus ditularkan ke desa lainnya. Kerja sama ini menurutnya harus dapat membangun jejaring antar wilayah. Kerja sama antar wilayah juga penting dilakukan dalam rangka memperluas aliran produksi bawang merah di Mekarmanik.
Sementara itu, Dadang Naser mengapresiasi komitmen Unpad dan Bank Indonesia dalam mengembangkan bawang merah di Kab. Bandung. Pihaknya juga berkomitmen mendukung pertanian modern yang mendukung keberlanjutan lingkungan.
“Bawang ini sangat strategis, mengingat stoknya yang fluktuatif dan kita sering dikejutkan dengan adanya impor bawang dari luar negeri,” kata Dadang.



Agar komoditas ini terhindari dari inflasi, Dadang mendorong agar stok bawang di Cimenyan tetap stabil dengan adanya gudang penyimpanan. “Jangan sampai ketika panen, harganya jadi murah, tetapi ketika stok langka harganya sangat mahal,” kata Dadang.
Acara tersebut dihadiri sejumlah pejabat pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bandung, dan Bank Indonesia. Dari pihak Unpad, turut hadir Direktur Kerja Sama dan Korporasi Akademik Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K)., M.Kes., dan Dekan Fakultas Pertanian Dr. Ir. Sudarjat, M.P.*
Laporan oleh Arief Maulana
The post Unpad, Bank Indonesia, dan Pemkab Bandung Lakukan Kerja Sama Pengembangan Komoditas Bawang Merah di Cimenyan appeared first on Universitas Padjadjaran.