[Unpad.ac.id, 2/08/2016] Sejumlah mahasiswa Universitas Padjadjaran menggelar program Saung Kaulinan Waos untuk mengedukasi anak-anak mengenai kesehatan gigi dan mulut. Dirancang sejak September tahun 2015 lalu, Saung Kaulinan Waos ini sudah memulai aksinya di Dusun Sukanegla, Jatinangor pada bulan Maret 2016 lalu.

Salah satu sarana permainan untuk meningkatkan pengetahuan anak tentang kesehatan gigi di Saung Kaulinan Waos di Dusun Sukanegla Jatinangor *
Program ini dibuat untuk melatih kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak terkait kesehatan gigi dan mulut. Pelatihan ini dirancang dengan metode permainan yang berbasis proses pembelajaran experiential learning. Konsep dari games yang dirancang bersifat portable. Hal ini dimaksudkan agar dapat diterapkan tidak hanya di Dusun Sukanegla.
Latar belakang dilaksanakannya program ini adalah mengingat prevalensi terjadinya karies gigi pada anak merupakan masalah klinik yang signifikan. Usaha pencegahan (preventif) untuk menanggulangi permasalahan kebersihan gigi dan mulut pun lebih baik daripada pengobatan (kuratif). Hal ini karena ketika gigi dan mulut sudah terkena penyakit termasuk karies akan sulit untuk diobati.
Namun tantangan muncul dalam usaha preventif ini. Metode pencegahan kepada anak-anak seringkali tidak efektif dalam upaya pencapaiannya. Metode yang digunakan biasanya terbatas pada penyuluhan satu arah. Padahal penyuluhan satu arah seringkali tidak meninggalkan efek yang lama karena anak-anak yang menjadi objek penyuluhan tidak terlibat secara emosional terhadap usaha penyadaran ini. Inilah yang membuat Saung Kaulinan Waos hadir.
“Masalah pengetahuan yang kurang terkait kesehatan gigi dan mulut serta kebiasaan yang masih buruk dalam merawat gigi pada masyarakat juga menjadi faktor pendorong Saung Kaulinan Waos ini dilaksanakan,” ungkap Umi Latifah, inisiator Saung Kaulinan Waos yang juga mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Unpad.
Adapun sasaran utama dari program Saung Kaulinan Waos adalah anak-anak berusia 6-12 tahun atau setara usia Sekolah Dasar. Namanya sendiri diambil dari Bahasa Sunda yang berarti “tempat bermain gigi”. Kegiatan-kegiatan sudah dilakukan bersama masyarakat di antaranya pemetaan sosial (assessment), penyuluhan pada orangtua, dan permainan-permainan unik pada anak-anak di sana.
Permainan-permainan yang ada di Saung Kaulinan Waos ini di antaranya ada Bakteri Tangga Gigi yang berbentuk seperti ular tangga. Setiap kali akan jalan, anak-anak akan mendapatkan pertanyaan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Bakteri Tangga Gigi dibuat untuk melatih kemampuan kognitif anak. Selain itu, juga ada Dongeng Gigi berupa cerita kehidupan sehari-hari untuk melatih afektif atau sikap anak agar rutin memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Untuk melatih psikomotoriknya, selain diberikan permainan Bakteri Tangga Gigi juga ada senam gosok gigi bersama (Gogiber). Masyarakat khususnya anak-anak menerima sekali dan ingin sekali memainkan permainan ini lagi.
Para eksekutor utama sekaligus co-founder yang menjalankan program ini disebut sebagai Peri Gigi. Mereka adalah Shofi, Bella, Rio, dan Devi. Para Peri Gigi ini akan dibantu oleh para relawan yang disebut Sahabat Peri Gigi. Ternyata tidak hanya para dokter gigi atau mahasiswa kedokteran gigi saja yang bisa bergabung ke Saung Kaulinan Waos ini, tetapi berbagai macam orang dari beragam latar belakang pendidikan, seperti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Fakultas Psikologi, dan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
“Saung Kaulinan sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin menjadi relawan dalam kegiatan ini,” kata Shofi.
Saat ini Saung Kaulinan Waos sedang mengembangkan terus kegiatannya. Baru-baru ini mereka menerima undangan untuk melaksanakan program di SD Krida Nusantara, Cibiru. *
Rilis: Rio Alfajri / art
The post Cegah Permasalahan Gigi pada Anak, Mahasiswa Unpad Gagas Saung Kaulinan Waos di Jatinangor appeared first on Universitas Padjadjaran.